IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Sulawesi Tengah terus mengalami kemajuan selama satu dekade terakhir.
Mengutip dari publikasi Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengah 2021 dapat diketahui bahwa pada tahun 2020 IPM Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 69,79, meningkat sebesar 0,24 poin atau tumbuh sebesar 0,35 persen dibandingkan tahun 2020. Dengan pencapaian tersebut, status pembangunan manusia di Sulawesi Tengah masih berada pada status “sedang”.
Jika dilihat pada tahun 2020, di mana pandemi mulai menyebar ke seluruh wilayah, pertumbuhan IPM berada pada titik terendah, yakni 0,07 persen dibandingkan tahun 2019. Namun demikian, pertumbuhan IPM yang selalu positif menunjukkan adanya perbaikan pada dimensi umur panjang dan hidup sehar, pengetahuan dan standar hidup layak.
Dimensi umur panjang dan hidup sehat diwakili oleh indikator umur harapan hidup saat lahir. Pentingnya umur harapan hidup terletak pada kepercayaan umum bahwa umur panjang merupakan hal yang berharga dan kenyataan bahwa terdapat berbagai faktor yang secara tidak langsung berkaitan erat dengan umur harapan hidup, seperti nutrisi yang cukup dan kesehatan yang baik. Yang (2008) pada jurnalnya yang berjudul Long and Happy Living: Trends and Patterns of Happy Life Expectancy in the US menemukan bukti bahwa peningkatan kualitas hidup penduduk Amerika Serikat pada 1970-2000 meningkat seiring dengan bertambahnya umur harapan hidup.
Dimensi pengetahuan diwakili oleh indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang merefleksikan dari kemampuan masyarakat untuk mengakses pendidikan, khususnya pendidikan berkualitas baik yang sangat diperlukan dalam kehidupan produktif masyarakat modern. Harapan lama sekolah menggambarkan kesempatan yang dimiliki masyarakat untuk menempuh jenjang pendidikan formal, sedangkan rata-rata lama sekolah menggambarkan stok modal manusia yang dimiliki oleh suatu wilayah.
Dimensi ketiga dari pembangunan manusia adalah pemenuhan standar hidup yang layak yang dilihat dari indikator pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Indikator ini mampu mencerminkan indikator pendapatan masyarakat dan menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai output dari semakin membaiknya perekonomian.
Selama periode 2010-2019, pembangunan manusia di Sulawesi Tengah setiap tahunnya rata-rata tumbuh sebesar 1,05 persen per tahun. Tetapi dengan pertumbuhan pada tahun 2020 yang melambat tersebut, rata-rata pertumbuhan IPM 2010-2020 menjadi sebesar 0,95 persen per tahun. Salah satu penyebabnya adalah pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal tahun 2020.
Binggeri (2020) dalam bukunya yang berjudul Introduction: Capabilities and Covid-19. Journal of Human Development and Capabilities dijelaskan bahwa Covid-19 secara dramatis memengaruhi kapabilitas, baik individu maupun kolektif di masa depan untuk mencapai visi pembangunan manusia yang berkelanjutan. Lebih lanjut Biggeri (2020) juga mengemukakan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah arah pembangunan negara, dan akan mengancam pencapaian signifikan dalam hal kapabilitas dan pembangunan manusia yang berkelanjutan, terutama pada pekerjaan dan kesehatan masyarakat.
Jika dilihat secara nasional, Angka IPM Sulawesi Tengah ini masih berada di bawah angka IPM nasional pada tahun 2020 dan 2021. Apabila dibandingkan dengan 34 provinsi di Indonesia, IPM Sulawesi Tengah menempati posisi 25 di kedua periode tersebut. Dari sini terlihat bahwa kualitas penduduk Sulawesi Tengah masih tertinggal jauh dibandingkan provinsi yang lainnya. Jika penduduk Sulawesi Tengah ingin menaikkan IPM-nya, maka dilakukan dengan cara menaikkan seluruh indikator yang menjadi dimensi di dalam penghitungan IPM. Selain itu ada beberapa faktor lain yang turut memengaruhi angka IPM. Hasil penelitian yang dilakukan Bhakti, dkk (2012) yang dipublikasikan pada jurnalnya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Periode 2008-2012 menunjukkan bahwa PDRB dan APBD untuk kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM Indonesia, sedangkan rasio ketergantungan dan konsumsi rumah tangga untuk makanan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Namun, APBD untuk pendidikan tidak berpengaruh terhadap IPM. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, pengendalian populasi, pengentasan kemiskinan, serta peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan IPM.
Nurul Solikha Nofiani, SST
Statistisi BPS Provinsi Sulawesi Tengah
Komentar