PLN, Tambak Udang, dan Krisis Air

Dua hari pascalebaran, kampung saya (Desa Donggulu, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah) mengalami musibah yang cukup serius yakni ‘kematian lampu’ listrik PLN secara total.

Oleh: Asrul G.H. Lasapa

Kondisi ini berlangsung sejak pukul 03.00 Wita sampai dengan saya membuat tulisan ini 09.05 Wita.

Konsekuensinya, seluruh aktivitas yang menggunakan listrik tidak bisa berfungsi sama sekali.

Mulai dari lampu penerang, penanak nasi, pemanas air, kulkas, pompa air, hingga kebutuhan pengisian baterai Handphone (HP).

Jika kembali ke keadaan ‘tempoe deloe’, memang sema serba alami. Memasak nasi, dan air pakai kayu bakar, mencuci pakaian di pemandian umum, sumur keluarga atau di air sungai.

Tak ada kulkas apalagi carger-cargeran. Pendek kata, kehidupan berjalan mengikuti kehendak alam. Itu dulu, tapi sekarang berbeda, bro.

Semua serba mekanik, serba mesin, dan serba listrik.

Jika PLN sebagai otoritas pemegang kekuasaan kelistrikan di negeri ini mematikan mesin pembangkit listriknya, Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Musibah, musibah dan musibah. 

Kan ada gengset, Om? Ya, bagi yang punya. Tapi bagi yang tak punya. Pasrah tak berdaya.

Apalagi untuk urusan air, tak ada tawar menawar. Dan memang kebutuhan paling urgen sekarang ini adalah air.

Oh ya, mari kita fokus kepada cerita tentang air. Dulu di kampung saya (Desa Donggulu) sumber air sangatlah melimpah.

Khusus di dusun saya saja, Dusun Silemba, terdapat tiga sumber air ‘abadi’, selain sumur bor yang ada pada setiap rumah.

Kami menyebutnya mata air ‘abadi’ karena meskipun dipakai secara turun temurun, airnya tak pernah kering.

Tiga sumber mata air yang menjadi tempat pencucian  pemandian umum itu adalah Uve Duria, Uve Lambe, dan Uve Pangana.

Sejak satu tahun terakhir, tiga sumber mata air legendaris ini tinggal kenangan. Yang jelas sejak keberadaan proyek tambak udang vaname (milik PT Esaputlii Prakarsa Utama) di sepanjang pantai kampung saya.

Sejak itu pula Uve Duria, Uve lambe, dan Uve Pangana berhenti total memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat.

Bukan hanya itu  beberapa sumur pompa milik masyarakat mengalami kendala dalam memproduksi air.

Mengembalikan kejayaan Uve Duria, Uve Lambe, dan Uve Pangana memang upaya yang sulit dan sudah tak mungkin lagi.

Tapi paling tidak, harus ada solusi pengganti dua sumber mata air kebanggaan masyarakat kami tersebut. Semoga.

Donggulu, 2 Syawal 1444 H/24 April 2023

Penulisa adalah Putra Asli Donggulu Parigi Moutong Sulteng

Asrul G.H. Lasapa

Baca: Satu Dasawarsa Ekonomi Sulteng di Tangan Longki Selamatkan Wajah Indonesia

Komentar