Menurut Erwin, pekerjaan jalan kebun kopi sudah saatnya ada evaluasi. Karena setiap tahun dikerja, hanya titik-titiknya saja yang berpindah.
Masyarakat juga mempertanyakan model penanganan jalan kebun kopi yang terkesan masih konvensional.
“Selain jadi proyek abadi, kesan masyarakat terhadap jalan kebun kopi adalah proyek yang sengaja diciptakan. Kenapa? penanganannya masih terlalu konvensional. Longsor tidak bisa dihindari, ada terus,” tandas Sekertaris Gapensi Donggala yang juga TA Gubernur Sulteng ini.
Yang diuntungkan dari penanganan jalan kebun kopi sudah pasti kontraktor. Kalau pun ada pihak lain, itu bisa dihitung dengan jari.
Namun yang terkena dampak penanganan jalan kebun kopi adalah pengguna jalan.
Pertanyaannya, sebut Erwin, apakah tidak ada model lain penanganan jalan Kebun Kopi tersbut?.
“Pasti adalah. Bukan lagi seperti cara-cara konvensional. Yang penting material longsornya disingkirkan dulu. Bukan begitu. Tidak apa-apa keluarkan biaya besar, yang penting sekali dikerja. Harus efektif dan efisien,” tegas Erwin.
Baca: Dugaan Kongkalikong Tender Proyek Jalan di Poso, Praktisi Minta Kejati Selidiki
Komentar