gNews.co.id – Proyek pengendali banjir dan tsunami senilai Rp150 miliar di Kota Palu, yang sebelumnya mendapat sorotan publik akibat keterlambatan dan deviasi, kini memasuki tahap baru.
Proyek yang dikelola Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) dan dikerjakan oleh PT Selaras Mandiri Sejahtera (SMS) telah mengalami addendum kontrak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, addendum ini menambah waktu pengerjaan proyek hingga Agustus 2025 dan anggaran sebesar Rp15 miliar, setara 10 persen dari nilai kontrak awal. Kontrak awal yang seharusnya berakhir pada Desember 2024, kini diperpanjang karena berbagai kendala teknis yang dihadapi di lapangan.
Harry Matong, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek, menjelaskan bahwa permintaan addendum telah diajukan oleh PT SMS sejak April 2024 dan baru disetujui pada September.
Menurutnya, kendala utama yang menyebabkan keterlambatan proyek adalah proses pemasangan balok beton (CCSP) dengan metode pancang yang terganggu oleh temuan material sisa seperti batu, beton, dan kawat di hilir Sungai Palu.
“Proses pemancangan yang awalnya tidak menghadapi masalah, terhambat di hilir sungai karena adanya material sisa di bawah permukaan. Ini memaksa kami menggunakan metode baru berupa pre-boring, yang tentu saja memerlukan biaya tambahan,” jelas Harry pada wartawan, Senin (8/10/2024).
Namun, Harry tidak menyinggung soal keterlambatan pengadaan material batu split, yang sebelumnya sempat diakui oleh PT SMS sebagai salah satu faktor penyebab deviasi progres hingga 23 persen.
Beberapa pihak, termasuk pelaku jasa konstruksi Erwin Bulukumba, bahkan sempat mengkritisi profesionalisme perusahaan tersebut karena proyek yang berada di tengah kota dinilai seharusnya bisa berjalan sesuai jadwal.
Selain itu, mantan anggota DPD RI, Lukky Semen, juga pernah memberikan perhatian khusus terhadap keterlambatan yang mencapai dua digit tersebut. Meskipun demikian, Harry menilai kinerja PT SMS masih dapat diterima.
“Perusahaan masih bisa memenuhi permintaan kami terkait percepatan pekerjaan, termasuk penambahan alat pancang. Dari yang dimintakan satu unit, mereka malah menyediakan dua unit,” ungkap Harry.
Ia juga menambahkan bahwa penyesuaian addendum proyek ini turut mempertimbangkan permintaan Pemerintah Kota Palu yang ingin mengembangkan kawasan di sekitar Sungai Palu sebagai destinasi wisata baru.
Komentar