Rusia Blokade Laut Hitam, Krisis Pangan Mengancam Global

gNews.co.id – Militer Rusia melakukan blokade Laut Hitam menuju Ukraina. Hal ini telah diumumkan oleh Kementrian Pertahanan Rusia pada Rabu (19/7/2023).

Dilansir dari berbagai sumber, Kementrian Pertahanan Rusia mengumumkan secara efektif blokade Luat Hitam ke Ukraina.

Sementara, militer Turki juga dilaporkan tidak akan lagi mengawal kapal-kapal Ukraina setelah ada pengumuman dari Kementrian Pertahanan Rusia.

Dilansir dari kantor berita ANTARA, Rabu (26/7/2023), jumlah kapal yang mengambil kargo pangan dari kawasan Laut Hitam menurun 35 persen pekan ini dibandingkan pekan sebelumnya.

Hal itu disebabkan ketidakpastian apakah lalu lintas kapal komersial aman dari serangan karena Rusia terus menghantam fasilitas-fasilitas pangan di Ukraina.

Gempuran langsung Moskow ke fasilitas biji-bijian Ukraina selama empat hari berturut-turut setelah Kiev bertekad mengabaikan blokade angkatan laut Rusia.

Blokade pasukan Presiden, Rusia Vladimir Putin itu di pelabuhan-pelabuhan ekspornya menyusul Rusia pekan ini mundur dari perjanjian jalur aman pelayaran yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejak Kamis pekan ini Rusia menyatakan akan menganggap semua kapal yang mengarah perairan Ukraina berpotensi membawa senjata.

Pernyataan ini dianggap Washington sebagai pertanda Moskow bisa saja  menyerang kapal sipil.

Kiev kemudian membalas dengan mengeluarkan peringatan serupa terhadap kapal-kapal yang mengarah  Rusia.

“Kami percaya retorika agresif ini akan cenderung mengarah kepada berkurangnya kemauan pemilik kapal untuk berlayar di kawasan itu dan membuat keadaan semakin rumit saja terkait ketersediaan pihak asuransi,” kata analis jasa finansial Jefferies, Omar Nokta, pada Jumat pekan lalu.

Jumlah kapal bermuatan curah kering mulai dari kapal berukuran lebih kecil hingga supramax yang berfungsi mengangkut pangan dari wilayah Laut Hitam anjlok 35 persen pekan ini dibandingkan pekan sebelumnya, sebut analisis platform data maritim-komoditas Shipfix.

Baca: Bantuan Militer AS ke Ukraina Menambah Risiko Bentrokan

Komentar