gNews.co.id – Abdul Rachman Thaha alias ART menepis tudingan telah melakukan dugaan penganiayaan kepada Yenny Yus Rantung.
Ia juga menyayangkan adanya tuduhan sebagai seorang yang disebut biadan oleh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) Wilayah Sulteng.
ART mengaku tidak melakukan tindak penganiayaan yang dituduhkan, justru Dia hanya mencoba melakukan pembelaan diri saat peristiwa di Desa Tompira, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara (Morut), Senin (16/10/2023) malam.
Anggota DPD RI Dapil Sulawesi Tengah (Sulteng) ini menyatakan, terlalu dini TRCPPA menjustifikasi dirinya sebagai seorang yang biadab.
Tuduhan biadab dari TRCPPA sangatlah subjektif, karena malam itu dirinya justru membela diri dari tindak penganiayaan yang dilakukan Yenny Yus Rantung.
“Saya melakukan upaya pembelaan diri. Jika saya tidak melakukan pembelaan diri, saya bisa mati konyol. Karena Yenny bawa pisau. Dan pisaunya sudah saya jadikan barang bukti atas laporan penganiayaan terhadap saya,” ungkap ART via ponselnya.
Alasan Yenny membawa pisau untuk dipakai memotong buah, menurut ART kurang masuk akal.
Sebab, sebelum-sebelumnya Yenny tidak pernah bawa pisau. Nanti akhir-akhir ini barulah ditemukan ada pisau.
“Saya sudah berpikir dalam hati, ada apa ini? Wajar dong saya curiga saat itu. Sekarang saya harus ekstra hati-hati sudah,” katanya.
Karena jauh hari sebelumnya, ada rangkaian peristiwa yang hampir serupa. Di mana Yenny diminta untuk menghabisi ART kala itu.
“Menghabisi karir dan diri saya. Dan Yenny tahu, siapa yang mengajak dia untuk melakukan niat itu terhadap saya,” jelas Anggota Komite I DPD RI ini.
ART menyebut ada juga hal yang perlu diketahui TRCPPA Sulteng, sejak dirinya menjadi anggota DPD RI.
Di mana ART melakukan kegiatan reses di Dapil wilayah Sulteng, Ia mengaku tidak pernah mengajak Yenny untuk mendampinginya.
Baca: TRCPPA Kutuk Keras Dugaan Penganiayaan Terhadap Yenny Rantung, Desak Polda Segera Proses Laporan
Komentar