Budiman mengenang, meskipun di zaman Orde Baru (Orba) posisi keduanya berbeda, namun mereka mempertaruhkan nyawa dan kehormatan serta cita-cita bangsa.
Ketika saat ini sudah era demokrasi, ketika sekarang situasi bangsa lebih baik. Saling bebas membicarakan perbedaan, maka sebagai anak bangsa tentunya saling memikirkan masa depan.
“Maka kita mengenang masa lalu sebagai masa lalu, dan masa depan bukan untuk kami berdua. Karena itu saya mengapresiasi,” ungkapnya.
Budiman Sudjatmiko mengajak Menhan Prabowo untuk terus berjalan dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan Negara Indonesia.
“Mudah-mudahan, kita memberikan dukungan agar orang-orang terbaik bangsa ini, seperti Pak Prabowo tidak terus diganduli (red-Jawa: memegangi) masa lalu,” jelas Budiman.
Ia mengakui, sebagai orang yang pernah berhadapan dengan Prabowo kala itu, saling mendukung dan menguatkan untuk menyelamatkan bangsa Indonesia.
“Harus diselamatkan, demokrasi harus diselamatkan. Menghadapi krisis perang, menghadapi krisis teknologi, krisis kesehatan, situasi dunia terus berubah, kapal Indonesia harus terus dikayuh oleh orang yang paham strategi, paham geopolitik, paham sejarah,” tandasnya.
Karena Indonesia, sebut Budiman adalah kapal besar bukan panggung intertainment saja yang harus jaga dan dikayuh.
Sementara, Prabowo Subianto menjelaskan bahwa pada rezim Orba mereka berdua pernah berhadapan lantaran suatu keadaan, suatu kondisi, dan suatu sistem.
“Ternyata, kenyataan adalah bahwa sebenarnya memiliki cita-cita yang sama bahwa Mas Budiman punya cita-cita memperjuangkan kesejahteraan rakyat, keadilan rakyat, kemakmuran bangsa,” ujar Prabowo.
Komentar