gNews.co.id – Proyek penanganan lereng di ruas jalan Kebun Kopi-Nupabomba di Sulawesi Tengah (Sulteng) terancam gagal konstruksi.
Ruas jalan nasional yang menjadi penghubung utama antara beberapa kabupaten ini menghadapi ancaman kerusakan serius, mengingat tembok penahan lereng bawah di kawasan tersebut menunjukkan tanda-tanda kegagalan struktural.
Dugaan sementara menyebutkan bahwa tiang pancang yang digunakan kurang dalam, menyebabkan tembok penahan miring dan mengarah pada kemungkinan ambruk total.
Kondisi ini mengancam aksesibilitas jalur vital tersebut dan memunculkan kekhawatiran akan kebutuhan perbaikan yang lebih besar di masa mendatang.
Proyek penanganan lereng di jalan Kebun Kopi-Nupabomba merupakan bagian dari rangkaian pengerjaan yang dimulai sejak 2016, dengan total anggaran yang hampir mencapai triliunan rupiah untuk berbagai tahapannya.
Salah satu proyek besar dalam tahap terbaru ini adalah penanganan lereng yang dikerjakan pada 2024 oleh PT Ganda Parade Konstruksi melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Tengah dengan anggaran sebesar Rp39 miliar lebih.
Deretan Proyek Penanganan Lereng 2016-2024
Dari penelusuran yang dilakukan, berikut adalah daftar proyek yang telah dilaksanakan sejak 2016 di sepanjang ruas jalan nasional Tawaeli – Nupabomba – Kebun Kopi – Toboli:
TA 2016-2018: Rekonstruksi dan penanganan lereng Kebun Kopi – Nupabomba – Toboli dengan nilai kontrak mencapai Rp123 miliar, dilaksanakan oleh PT Widya Sapta Contractor.
TA 2017-2018: Penanganan lereng Tawaeli – Nupabomba – Kebun Kopi – Toboli oleh PT Tunggal Mandiri Jaya, dengan nilai kontrak sekitar Rp74,6 miliar.
TA 2018: Penanganan lereng tambahan oleh PT Istaka Karya (Persero) senilai Rp122 miliar.
TA 2019: Penanganan longsoran lereng oleh PT Kurnia Mulia Mandiri senilai Rp34,9 miliar.
TA 2021-2023: Proyek preservasi jalan dan penanganan longsoran lereng pada berbagai ruas yang dilakukan oleh beberapa perusahaan konstruksi dengan total nilai kontrak mencapai puluhan miliar rupiah.
Meski berbagai proyek besar telah dilakukan, situasi terkini menunjukkan bahwa hasil pengerjaan ini masih rentan terhadap kerusakan, memperlihatkan adanya tantangan teknis dan potensi kegagalan konstruksi yang perlu dievaluasi lebih mendalam.
Proyek Penanganan Lereng Jalan: Proyek Abadi?
Deretan proyek yang dilaksanakan sejak 2016 hingga 2024 ini hampir menyerupai proyek berkelanjutan yang tidak kunjung selesai.
Dengan biaya yang mencapai hampir triliunan rupiah, hasilnya belum menunjukkan durabilitas yang diharapkan, bahkan cenderung menimbulkan pertanyaan publik tentang efektivitas penggunaan anggaran tersebut.
Kondisi ini mendesak pihak terkait untuk melakukan evaluasi dan pemantauan lebih lanjut terhadap kualitas pengerjaan dan faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi.
Proyek ini memerlukan solusi yang lebih efektif agar infrastruktur jalan utama di Sulteng dapat terjaga keamanannya dan berfungsi optimal bagi masyarakat.
Komentar