Ada Gejala Borong Partai, Benarkah Terjadi Arogansi Kekuasaan Politik di Pilgub Sulteng?

Ia mengatakan, sebaiknya para kandidat memberikan kesempatan calon lain untuk tampil dalam kontestasi Pilgub Sulteng.

“Mari saling uji elektabilitas dengan cara memberi kesempatan calon lain untuk unjuk kemampuan,” katanya.

Pilgub Sulteng November mendatang diharapkan tidak melahirkan pemimpin yang doyan membeli suara rakyat.

Menurut Dosen Fisip Universitas Tadulako (Untad) ini pemimpin yang suka membeli suara rakyat bukan tipikal yang disukai publik.

Akademisi Untad ini berpendapat, rakyat Sulteng tak menginginkan pemimpin seperti itu.

“Tentu saja pemimpin yang royal ‘membeli’ suara rakyat, bukan pemimpin seperti yang dicari rakyat Sulawesi Tengah,” tegas Irwan Waris.

Ia meminta agar rakyat Sulawesi Tengah (Sulteng) lebih selektif menilai mana calon gubernur yang tepat dan punya kemampuan mengelola daerah ini.

Sebab, kalau calon pemimpin hanya bisanya beli popularitas dan doyan belanja suara rakyat tidak bakal mampu pimpin daerah.

“Pemimpin yang membeli popularitas dipastikan tidak mampu memimpin,” tandasnya.

Sementara di lain sisi, rakyat mestinya selektif memilih pemimpin daerah yang punya kemampuan manajerial menatur daerah untuk kepentingan rakyat.

“Rakyat harus mau dan mampu memilah dan memilih pemimpin,” tandasnya.

Baca: Cara Kuno Tengara Menjegal, Kontestasi Harus Gentleman! Apakah AH Sindir Seseorang?

Komentar