Bencana Banjir Lagi

Akibatnya, kita tunggu giliran saja. Bencana banjir rutin dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain, berganti ganti

By: Muhd Nur Sangadji

Malam ini, tanggal 30 Mei 2023. Saat terjaga sekitar jam 23.00, saya melihat bertebaran gambar dan vidio bencana banjir di banyak WA group. Terjadi di desa Balinggi dan Tolai  Kabupaten Parigi. Belum tahu pasti berapa jumlah korbanan harta dan jiwa. Tapi yang pasti, banjir itu memutus total hubungan darat dari kota Palu ke Poso, Ampana, Luwuk dan Morowali.

Banjir itu secara linier akan berhubungan dengan ekologi kawasan tangkapan air (bassin versant atau catchment area). Terutama di wilayah hulu. Karena konsentrasi air akan ada  di sekitar situ. Kerusakan hulu boleh karena hilangnya tutupan lahan (coverture vegetal).

*******
Sering karena aksi antropik ini memproduksi tumpukan  sisa tanaman hasilnya tebangan dan atau   longsor alamiah yang membentuk bendung alam. Energi kinetik tampung air tersebut, satu ketika akan menjebol dinding penampungan. Volume air besar bergerak cepat seketika. Inilah banjir bandang itu. Atau banjir biasa oleh intensitas curahan yang sangat tinggi.

Semoga kita belum lupa. Banjir yang pernah menghanyutkan jembatan parmanen di Parigi dan Bungku Morowali beberapa tahun lalu. Termungkinkan karena aliran deras itu, membawa potongan kayu gelondongan. Kemudian tersangkut di jembatan membentuk penampang. Akhirnya, jembatan jebol dan hanyut karena tidak mampu menahan energi aliran air sungai yang deras tersebut.

Meskipun bentangan alam di kawasan ini, yg biasanya dilengkapi atau difasilitasi oleh  alam dgn bentukan sungai. Dia yg berfungsi sebagai pengaman yg melalukan air. Namun, kalau ekologi kawasan terganggu ditambah kanalisasi sungai terhambat oleh penyempitan dan atau pendangkalan sedimen maka tunggu saja malapetaka.  Terjadi akibat curah hujan (intensitas normal atau, apalagi berlebihan oleh anomali klimat).

Jadi, mestinya bahaya ini  sudah terbaca. Peristiwa alam itu jarang yg datang mendadak.  Satu hal yang agak sulit diprediksi adalah perubahan iklim. Namun, sejarah seri curahan hujan bulanan dan tahunan bisa dijadikan acuan  kejadiannya untuk diwaspadai. Sayang, peristiwa rutin ini jarang dijadikan pelajaran kolektif. Baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Akibatnya, kita tunggu giliran saja. Bencana banjir rutin dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain, berganti ganti.

*******
Kita tidak boleh lagi lalai memeriksa kondisi ekologi kawasan. Paling tidak hitung dengan cermat daya dukung dan daya tampungnya. Jasa ekosistemnya. Analisa dampak atas aksi pembangunan terutama yang bersifat ekstraktif di sekitar. Perhitungkan resiko perubahan iklim. Evaluasi kataatan RTRW dan KLHS di lapangan. Kaji ulang dengan cermat, data seri curah hujannya. Kemudian bertindak terukur.

Ini satu contoh resiko ancaman.  Saya yang tinggal di perumahan Dosen universitas Tadulako, termasuk yang kelompok beresiko. Kami tinggal di muara sungai vatutela. Di bagian hulu, penampang kering sungai ini berlebar hingga 30 an meter. Tapi, makin ke wilayah permukiman tinggal 3 sampai 4 meteran saja. Saya mengkuatirkan satu waktu bencana banjir dahsyat bisa terjadi di sini..

Mungkin,  dengan korban yg tercipta.  Dan, seperti disaat ada bencana,  kita hanya bisa berucap “innalilahi wa Inna ilaihi Raji’un”. Padahal, malapetaka itu,  sering akibat keteledoran kita sendiri. Wallahu a’lam bi syawab.

Tondo Palu, 30 Mei 2023
Jam 24.30 WITA.

Penulis merupakan Akademisi Universitas Tadulako Palu

Komentar