Keterkaitan antara Indeks Kebahagiaan dan Pembangunan Manusia

Peningkatan IPM selama beberapa tahun ini sejalan dengan peningkatan Indeks Kebahagiaan Provinsi Sulawesi Tengah, dimana tahun 2014 sebesar 67,92 dan meningkat pada tahun 2017 menjadi sebesar 71,92 pada skala 0-100. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin tidak bahagia. Menurut publikasi Indeks Kebahagiaan 2017 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), posisi Provinsi Sulawesi Tengah berada jauh di atas di level nasional (70,69) dan menempati posisi ketiga tertinggi se-Pulau Sulawesi.

Metode pengukuran Indeks Kebahagiaan tahun 2017 mengalami perubahan, karena terdapat penambahan cakupan indeks dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2014, Indeks Kebahagiaan hanya menggunakan Dimensi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction). Sedangkan pada tahun 2017, Indeks Kebahagiaan ditambahkan Dimensi Perasaan (Affect) dan Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia). Perubahan lainnya, pada tahun 2017, Dimensi Kepuasan Hidup terbagi menjadi 2 (dua) subdimensi, yaitu: Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial.

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Tengah tahun 2017 yang dihitung dengan menggunakan Metode 2014, lebih tinggi dibanding tahun 2014. Pada tahun 2017 sebesar 68,76 sedangkan pada tahun 2014 sebesar 67,92. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan indeks sebesar 0,84 poin.

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Tengah tahun 2017 sebesar 71,92. Besarnya indeks masing-masing dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan Sulawesi Tengah, yaitu: (1) Indeks Dimensi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) sebesar 71,14 (Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Personal sebesar 63,86 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial sebesar 78,42); (2) Indeks Dimensi Perasaan (Affect) sebesar 70,08; dan (3) Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia) sebesar 74,40. Seluruh indeks diukur pada skala 0-100.

Berdasarkan Indeks Kebahagiaan Sulawesi Tengah 2017 tersebut, masing-masing dimensi dan subdimensi memiliki kontribusi sebagai berikut: Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) 34,80 persen (dengan Subdimensi Kepuasan Hidup Personal dan Kepuasan Hidup Sosial, masing-masing 50 persen terhadap Kepuasan Hidup), Perasaan (Affect) 31,18 persen, dan Makna Hidup (Eudaimonia) 34,02 persen.

Pada dimensi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), indikator tertinggi dalam penyusun Indeks Kebahagiaan Sulawesi Tengah adalah Keharmonisan Keluarga 83,88 yang merupakan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial. Sementara indeks indikator terendah adalah Pendapatan Rumah Tangga 59,92 yang merupakan Subdimensi Kepuasan Hidup Personal. Selain indikator Pendapatan Rumah Tangga, masih terdapat beberapa indikator lain yang memiliki indeks di bawah 70, yaitu Pendidikan dan Keterampilan, Pekerjaan/Usaha/Kegiatan Utama, Kesehatan, Kondisi Rumah dan Fasilitas Rumah, Perasaan Tidak Khawatir/Cemas, serta Pengembangan Diri.

Pada Dimensi Perasaan (Affect), indikator yang memiliki indeks tertinggi adalah Perasaan Senang/Riang/Gembira dalam menjalani kehidupannya sehari-hari pada tingkatan 77,05, sementara yang terendah adalah Perasaan Tidak Khawatir/Cemas pada tingkatan 64,67.

Pada Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia), indikator yang memiliki indeks tertinggi adalah Penerimaan Diri (78,66), sebaliknya yang terendah adalah Pengembangan Diri (65,72). Dapat disimpulkan, bahwa penduduk Sulawesi Tengah pada umumnya mampu secara positif menerima apapun kondisi yang terjadi/dialaminya dalam kehidupan sehari-hari, serta tidak mencerminkan keputusasaan. Sementara itu, tingkat pengembangan potensi diri (upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya) relatif rendah.

Pada tahun 2020, di mana Covid-19 mulai menyebar, perlambatan IPM Provinsi Sulawesi Tengah disebabkan oleh menurunnya dimensi standar hidup layak yang dilihat dari pengeluaran pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di 34 provinsi Indonesia dari tahun 2010-2018 oleh Elvirawati, dkk (2020). Hasil studinya yang dipublikasi dalam disertasi yang berjudul Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Indeks Kebahagiaan di Indonesia menunjukkan bahwa IPM berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Indeks Kebahagiaan, dimana indikator yang memiliki pengaruh terbesar dalam merefleksikan IPM adalah indikator pengeluaran per kapita dan dimensi yang memiliki pengaruh terbesar dalam merefleksikan Indeks Kebahagiaan adalah dimensi kepuasan hidup. Jika dilihat berdasarkan karakteristiknya, tingkat kebahagiaan penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2017 lebih tinggi ditemukan pada penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan, berjenis kelamin laki-laki, berstatus belum menikah, berumur 24 tahun ke bawah, berkedudukan dalam rumah tangga sebagai pasangan Kepala Rumah Tangga (KRT), tinggal sendirian dalam satu rumah tangga, berpendidikan minimal S-2, dan memiliki pendapatan rumah tangga lebih dari 7,2 juta per bulan.

Nurul Solikha Nofiani, SST

Statistisi BPS Provinsi Sulawesi Tengah

Komentar