Menang Pilkada tak Jumawa Kalah Terima Lapang Dada

Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng telah usai dihelat.

By: MAHBUB

Berdasarkan pleno KPU Sulteng yang telah dirilis, pasangan Anwar Hafid-dr. Reny Lamadjido (BERANI) unggul dengan perolehan 724.518 suara atau 45 persen, mengalahkan pasangan Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri (BERAMAL) yang memperoleh 621.693 suara (38,6 persen), dan pasangan Rusdy Mastura-Agusto Hambuako dengan 263.950 suara (16,4 persen).

Pleno itu berlangsung di Aula Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulteng sejak Sabtu (7/12/2024) akhirnya tuntas pada Kamis (12/12/2024) dini hari pukul 00.45 WITA.

Yang perlu jadi catatan bagi semua pihak, siapa pun pemenang yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemiliham Umum (KPU) Sulawesi Tengah (Sulteng) agar tidak menunjukan sikap jumawa.

Demikian pula kandidat yang kalah berdasarkan hitungan KPU, diharapkan menerima dengan sikap ksatria, sebab proses demokrasi di daerah sudah berjalan sesuai agenda.

Meskipun demikian, semua pihak harus menghormati bila ada gugatan hukum dari kandidat mengenai proses pelenggaraan Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur di Sulteng.

Itulah salurannya untuk memastikan apakah secara hukum dan objektif Pilkada di Sulteng sudah berjalan sesuai dengan proses secara demokratis atau ada pelanggaran-pelanggarannya.

Lewat gugatan sebagai saluran resmi hukum, maka publik tak boleh mengatakan bahwa gugat-menggugat dimaknai sebagai kekecewaan lantaran kalah.

Pemikiran seperti itu sebaiknya diabaikan, sebab negara menyiapkan instrumen tersebut untuk pihak yang merasa kurang puas dari penyelenggaraan Pilkada.

Catatan Kritis

Catatan kritis redaksi kepada tiga kontestan bersama timnya, baik BERAMAL, BERANI, dan SANGGANIPA bahwa ketiganya adalah milik rakyat Sulteng, bukan milik sekelompok orang atau komunitas tertentu.

Kalian merupakan putra-putri terbaik daerah ini, jangan lagi ada disparitas politik, polarisasi itu, sentimen etnis maupun SARA dalam pertarungan politik di alam demokrasi saat ini.

Bagi tim koalisi, relawan, dan orang-orang di sekeliling atau yang terlibat dalam Pilkada, ingat, kalian harus sadar diri bahwa para kontestan kalian adalah milik rakyat Sulteng, milik semua suku, agama, dan etnis yang mendiami daerah ini.

Jangan kalian proteksi rakyat untuk sekedar bersalaman, bertegur sapa, dan atau duduk bersama para tokoh ini. Rakyat kecil akan sangat bangga bila mereka duduk bersama dengan para tokoh yang akan menjadi pemimpin mereka ke depan.

Pun demikian dengan para konstestan Pilkada Sulteng, jangan pula menilai rakyat kecil yang ingin bertemu dan bersalaman diterjemahkan dengan uang.

Ada sentuhan-sentuhan sosial ingin dirasakan oleh rakyat dari seorang tokoh yang mungkin akan menjadi sebuah kebanggan bagi dirinya, saudara, kawan dekatnya. Tak jarang saking bangganya foto itu diposting di sosial media (sosmed) pribadinya.

Mulailah bagi elit-elit politik, para tokoh daerah ini membenahi diri, introspeksi diri bahwa rakyat itu adalah tuan untuk dilayani bukan sekedar dinilai dengan uang.

Abaikan bisikan berisik dari para pembisik. Jangan selalu merasa diri lebih hebat dari orang lain apalagi rakyat kecil. Bisa jadi masukan dari orang lain merupakan suatu hal yang sangat produktif bukan seperti pembisik yang sekedar menyenangkan hati.

Penulis mengutip nasihat dari Umar bin Khattab yang merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW:

“Manusia yang berakal adalah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat”

“Tetap rendah hati meskipun meraih kesuksesan, karena kesombongan akan merusak segalanya”

Di sisi lain Umar bin Khattab juga berkata:

“Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati. Jika dia memasuki tahapan ketiga, maka dia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya”.

Bersihkan benalu, penyamun, dan para hulu balang yang tidak memberikan ide dan gagasan produktif membangun. Belajarlah untuk mendengarkan masukan dari orang lain.

Sebab terkadang, pujian dan sanjungan dari orang-orang di sekeliling bisa menjerumuskan diri sendiri.

Ali bin Abi Thalib berkata:
“Memuji seseorang lebih daripada yang ia berhak menerimanya sama saja menjilatnya. Tetapi melalaikan pujian bagi orang yang berhak menerimanya menunjukkan kedengkian”

Kalimat bijak dari Ali bin Abi Thalib yang merupakan sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW tersebut menegaskan bahwa memuji berlebihan adalah penjilat, namun pujian pun berhak diterima asalkan tak berlebihan.

Oleh karena itu, jika semua penyelenggaraan Pilkada di Sulteng sudah selesai, termasuk soal gugatan sengketa hukumnya, maka baik pihak yang menang atau yang kalah, sepatutnya bergandeng tangan membangun daerah ini. Pihak menang tak jumawa dan yang kalah terima lapang dada.

Baca: Pilkada Sulteng Antara Militan, Kader Plastik, dan Penyamun Politik: Mencermati Dinamika Koalisi Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri

Komentar