gNews.co.id – Anggota Komisi II DPR RI, Longki Djanggola menggelar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan subtema Implementasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara dalam Bingkai Keberagaman di Gedung Pertemuan, Jalan Elang No. 77, Birobuli Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (25/4/2025).
Kegiatan ini diikuti sekitar 150 peserta yang terdiri dari pemuda dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Palu, seperti Universitas Tadulako, UIN Datokarama, dan Universitas Alkhairaat. Sosialisasi juga menghadirkan narasumber utama, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng, Prof. KH. Zainal Abidin, tokoh yang dikenal luas sebagai penganjur toleransi dan dialog antarumat beragama di Tanah Kaili. Diskusi berlangsung interaktif dan dipandu oleh Tenaga Ahli Anggota DPR RI, Ibrahim Lagandeng.
Dalam sambutannya, Longki Djanggola menekankan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dirawat dengan semangat toleransi dan kesadaran kebangsaan.
“Sebagai bangsa besar dan majemuk, Indonesia adalah rumah bersama bagi kita: lebih dari 1.300 suku bangsa, ratusan bahasa daerah, serta berbagai agama dan keyakinan. Ini adalah identitas kita. Namun jika tidak dijaga, keberagaman bisa memicu konflik,” ujar mantan Gubernur Sulteng dua periode itu.
Ia menambahkan bahwa keberagaman bukan sumber perpecahan, melainkan kekuatan bangsa jika dikelola dengan bijak.
“Jika kita rawat bersama, keberagaman menjadi fondasi bangsa yang kokoh dan beradab,” tegasnya.
Senada dengan Longki, Prof. Zainal Abidin menyampaikan bahwa Empat Pilar Kebangsaan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—adalah fondasi utama yang harus dijalankan secara utuh dan seimbang.
“Ibarat empat kaki meja, jika satu saja pincang, maka bangsa ini akan goyah,” ucap mantan Rektor UIN Datokarama itu.
Ia juga mengingatkan bahwa nilai-nilai kebangsaan tak cukup hanya dijadikan slogan, tapi harus dihidupi dalam keseharian.
“Empat Pilar ini harus dibumikan—dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja, hingga di media sosial. Mari kita wariskan bangsa yang besar dalam nilai dan kemanusiaan,” pesannya.
Baca: Reses di Tapak Likuefaksi: Longki Djanggola Serap Aspirasi Petani, Perempuan, dan Guru
Komentar