NASI KUNING, ANTARA TRADISI DAN SENSASI

Oleh: Asrul G.H.  Lasapa

Bagi orang Gorontalo atau para domisilor Gorontalo, ‘Nasi Kuning’ merupakan sarapan favorit pagi hari. Entah kapan tradisi kuliner pagi ini mulai ada. Kalau dikatakan bahwa tradisi ini ada sejak nenek moyang kita dulu, ya, jawbnnya benar. Akan tetapi, sejak hari apa, tangal berapa, bulan apa dan tahun berapa, jawabannya sudah pasti sulit meskipun  ditanyakan kepada mesin pencari tercanggih sekelas Mbah Google.

Cobalah kita JJP  (Jalan-Jalan Pagi) di wilayah Kota Gorontalo, Limboto, Kabila, Suwawa, Kwandang, Tilamuta dan Marisa atau jalan-jalan hingga ke pelosok-pelosok desa, kita akan menyaksikan tebaran lapak yang menjajakan ‘Nasi Kuning’ yang begitu banyak.

Tempatnya berupa rumah makan, warung makan, kios makanan dan ada pula hanya sekedar tempat makan untuk beberapa orang dengan dua bangku panjang dan satu meja yang ditancapkan payung motif warna-warni.

Apakah di Gorontalo sarapan paginya hanya Nasi Kuning ? Tentunya tidak. Karena ada kuliner lainnya yaitu Bubur.

Ada dua varian Bubur, yaitu Bubur Ayam (bubur dengan campuran daging/tulang ayam) dan Bubur Sagela (bubur dengan tambahan sambal berbahan dasar  ikan roa/ikan Indosiar). Meskipun enak, tapi keberadaannya menempati kasta kedua setelah Nasi Kuning.

Kita tinggalkan Bubur Ayam. Mari kita kembali berselancar di jagad kuliner nasi kuning. Sebagai kuliner wajib pagi hari, Nasi Kuning akan selalu menempati posisi number one. Kalau anda mengingkari pernyataan ini, silahkan lakukan survey akademik.

Lokusnya bisa di hotel-hotel, sekolah-sekolah, perkantoran, terminal, pasar dan lain sebagainya. Apa kuliner favorit sarapan pagi anda ? Sudah pasti polling terbanyak adalah Nasi Kuning.

Komentar